Info Ayah Bunda

Sunday, August 3, 2008

Layar Komputer yang Mengancam Mata si Kecil

Kebanyakan main games di komputer ternyata bisa menyebabkan ‘kelelahan otot mata’ alias asthenopia. Kalau dibiarkan berlarut-larut, akibatnya bisa cukup serius.

Boleh dibilang, komputer sudah jadi salah satu bagian dari gaya hidup Anda, termasuk juga anak. Lihat saja, belum genap usia sekolah, ia sudah begitu piawai bermain games di komputer.

Nah, ‘tersihirnya’ si kecil dalam waktu yang cukup lama di depan layar komputer mau tak mau ikut mempengaruhi otot-otot matanya. “Bagi anak-anak, keadaan ini bisa menimbulkan berbagai keluhan yang mungkin tak pernah Anda duga sebelumnya,” ujar dr. Rosdeni Arifin, Sp.M, Wakil Ketua Komite Medik, Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong.

Benarkah mata bisa lelah?

Sebenarnya, mata bekerja mirip kamera, yakni menangkap bayangan benda. Bayangan atau informasi gambar yang diterima oleh mata akan masuk melalui seperangkat ‘kamera’ di mata, berupa kornea, pupil dan lensa yang transparan. Nah, organ-organ ini berhubungan erat kerjanya dengan otot-otot mata.

Masalahnya, untuk melihat dalam jarak dekat, seperti melihat layar komputer, perlu kerja ekstra dari lensa dan otot mata. Kerja ekstra apa sih?

- Lensa mata harus mencembung untuk mencari fokus benda yang akan dilihatnya .

- Kedua bola mata harus bekerja sama untuk menyatukan bayangan saat mata melihat obyek dalam jarak dekat. Apalagi, jika obyeknya cukup kecil.

- Menggerakkan bola mata ke arah bayangan yang datang, agar tampak jelas. Misalnya, untuk mengikuti games di komputer, bola mata si kecil harus ‘bolak-balik’ ke kanan atau ke kiri.

Sebetulnya sejak lahir sampai usia setahun, mata bayi termasuk rabun dekat karena bayangan jatuh di belakang retina. Benda-benda dalam jarak dekat (kurang dari 30 cm) akan terlihat kurang jelas, jika otot matanya dalam keadaan relaks. Untuk melihat benda sedekat itu dengan jelas, mau tidak mau lensa dan otot-otot mata harus berusaha keras agar bayangan jatuh di retina. Kalau begitu, apa bahayanya?

Khusus balita, yang pada dasarnya masih rabun dekat secara fisiologis, mungkin tidak akan terasa apa-apa pada awalnya. “Namun, bayangkan saja, jika otot matanya ‘dipaksa’ untuk bekerja terus menerus selama berjam-jam di depan layar komputer akibat si kecil bermain games yang gerakannya sangat cepat danterus menerus,” tutur dr. Rosdeni, Bagian Mata RSUD Cibinong.

Belum lagi, jarak antara mata dengan layar komputer biasanya cukup dekat. Kalau sudah begitu, lengkaplah sudah ‘derita’ sang mata. Lelahnya makin menjadi-jadi.

Anak tak mampu mengatakan

Ketegangan yang ditimbulkan dalam permainan games di layar komputer, seringkali membuat anak-anak jarang berkedip. Jika permainannya seru, si kecil seolah-olah ‘tersihir’ dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Matanya jadi tak bosan-bosannya memelototi layar komputer.

Padahal nih, kedipan-kedipan mata punya arti tersendiri dalam pemeliharaan kesehatan mata. Bagaimana tidak? Mata ‘kan dilindungi secara anatomis oleh berbagai bagian, seperti kelopak mata, alis serta bulu mata. Proses mengedip pun juga melindungi mata agar tidak mudah kering.

Memang, air mata berguna untuk membersihkan kotoran yang masuk ke mata, melumasi mata, melindungi mata (karena mengandung antibakteri dan antibodi), mengandung nutrisi (glukosa, elektrolit, dan enzim protein), serta sebagai media ‘transportasi’ oksigen dan udara. Jika pasokan air mata kurang dan pelumasan mata menurun, apalagi dalam jangka lama, maka kesehatan mata pun terganggu. Sesekali sih mungkin masih tak terasa. Namun, lama kelamaan akan menimbulkan keluhan juga.

Nah, mata yang jarang mengedip akibat keasyikan memelototi layar komputer akan mengalami penguapan berlebihan. Lengkap sudah ‘penderitaan’ mata si kecil kalau ruangan tempatnya mengutak-atik komputer itu ber-AC, penuh kepulan asap rokok, debu, dan sebagainya. Kok bisa begitu? Selain terasa kering, penglihatannya akan buram plus kemampuan melihat pun menurun. “Padahal, anak kecil biasanya belum bisa bilang keluhan yang dirasakannya. Jika dibiarkan berlarut-larut, bisa terjadi gangguan penglihatan yang menetap,” kata dr. Rosdeni.

Sering dianggap penyakit lain

Kelelahan kerja otot mata dan lensa mata memang bisa muncul dalam berbagai bentuk (untuk jelasnya, simak “Inilah Beberapa Gejala Lelahnya Mata”). Tak heran ‘kan kalau gejala ini bisa disalahartikan dengan penyakit lainnya.

Memang, begitu si kecil mengeluh pusing, tengkuknya sakit dan mual, biasanya Anda langsung membawanya ke dokter anak. Setelah dirontgen kepalanya, ternyata kondisinya baik-baik saja. Namun, karena ia tetap pusing, mual, bahkan kadang-kadang muntah, barulah dokter menganjurkan agar ia diperiksa matanya. “Ternyata, si anak menderita rabun dekat. Dan, rabun dekatnya itu diperparah dengan kebiasaannya bermain game dengan jarak layar yang teramat dekat dengan matanya,” tutur dr. Rosdeni.

Adakah pengaruhnya bila menggunakan filter di depan layar komputer? Ternyata, cara ini tidak dapat sepenuhnya mencegah kelelahan otot mata. Penelitian di Amerika Serikat terhadap 25.000 pengguna komputer memang menunjukkan, filter tidak terlalu berpengaruh dalam mencegah kelelahan otot mata.

Jadi, bukan tak mungkin kalau si kecil yang sehari-harinya selalu terpaku di depan komputer bermain game suatu ketika akan mengeluh pusing, penglihatan tak jelas, mual-mual sampai pingsan. Bisa jadi, ia tidak menderita penyakit serius, melainkan terganggu akibat kebiasaannya berlama-lama di depan komputer. Memang sih komputer perlu dikenal anak sejak dini. Namun demi kesehatannya, sebaiknya diatur saja jam-jam bermainnya. Kalau tidak, matanya yang jadi ‘korban’. Lagi-lagi, semua ini tergantung Anda!

Integrasi Sensorik

Terapi Baru Atasi Gangguan Perkembangan

Bagi anak-anak yang memiliki masalah dalam perilaku dan perkembangan, seperti autis atau hiperaktif, terapi integrasi sensorik bisa menjadi salah satu alternatif.

Di usia 2,5 tahun, Arsya (5 tahun) belum menunjukkan tanda-tanda berbicara layaknya anak seusianya. Kata “ayah” dan “ibu” saja tak kunjung keluar dari mulut mungilnya. Ia hanya bisa ber-“u-u-u” atau “bu-bu-bu” saja.

Menjelang usia 4 tahun, kemampuan bicaranya masih belum berubah. Ini berlangsung sampai Arsya akhirnya menjalani terapi sensory integration sesuai dengan rekomendasi seorang ahli.

Dan hasilnya luar biasa. Tak sampai setahun, ia sudah dapat merangkai kalimat. Bukan hanya itu. Kini, di usianya yang ke-5, kemampuan bicaranya berkembang dengan normal.

Apa itu integrasi sensorik?

Dalam bukunya “ Sensory Integration and the Child ” ( Western Psychological Services , 1994), dr. Jean Ayres , Ph.D , terapis anak dari Amerika Serikat, mendefinisikan integrasi sensorik atau sensory integration sebagai “pengaturan input sensor”. Apa artinya?

Untuk gampangnya begini. Setiap saat, si kecil akan menerima beragam input yang disampaikan ke otak melalui kelima pancainderanya. Nah, informasi tersebut bisa tak sengaja diperoleh (seperti suara-suara di sekitarnya) atau sengaja dicari (seperti membaca buku).

Tentu saja, otak tidak akan “melahap mentah-mentah” semua input yang masuk tadi. Makanya, otak akan memilah-milah dan menseleksi mana yang perlu diperhatikan dan mana yang perlu diabaikan. Kemudian, otak akan memutuskan apakah input tersebut akan direspons dalam sebuah reaksi, ataukah hanya disimpan dalam memori saja. Nah, untuk mengolah semua input yang masuk itu, diperlukan sebuah proses integrasi sensorik.

Terapi Penyembuhan

Bisa saja, proses integrasi sensorik seorang anak tidak bekerja dengan baik. Kalau otak tidak dapat memproses input dengan baik, maka otak juga tidak bisa mengatur perilaku si kecil secara efektif. Padahal, tanpa integrasi sensorik yang baik, proses belajar jadi sulit dan anak juga merasa tidak nyaman akan dirinya sendiri. Akibatnya si anak akan sulit beradaptasi terhadap tekanan-tekanan dan tuntutan-tuntutan dari luar.

Sebaliknya, bila ia mampu mengintegrasikan berbagai input dengan baik, maka otaknya dapat berkembang dengan baik pula. Hasilnya, ia akan menunjukkan tingkat perkembangan motorik, kognitif, emosi, dan sosialisasi sesuai usianya. Nah, terapi integrasi sensorik ini adalah cara ampuh untuk memulihkan kemampuan anak untuk mengintegrasikan sinyal yang ia terima dari dunia luar.

Yang harus dicatat adalah sebelum serta merta menggabungkan anak anda ke kelas terapi ini, Anda perlu konsultasi dulu ke dokter. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan :

- Tes khusus dan observasi terhadap respon anak antara lain terhadap stimulasi sensorik, keseimbangan dan postur tubuh.

- Wawancara dengan orang tua untuk mengetahui perkembangan anak dan perilaku anak sehari-hari.

Pada prinsipnya, dengan terapi ini anak disuruh melakukan serangkaian aktivitas dengan memakai alat-alat tertentu dibawah bimbingan seorang terapis. Semua alat-alat ini secara khusus dirancang untuk memberikan rangsangan pada lokasi-lokasi sensor.

Sekilas, bagi yang pertama kali melihatnya, terapi ini tampak seperti permainan saja. Misalnya, anak disuruh bermain lilin. Sebenarnya, aktivitas ini berfungsi untuk mengirim impuls taktil (perabaan) ke otak.

Setiap anak akan mendapat 1 jam terapi, baik kasus yang ringan maupun berat. Sedangkan durasinya tergantung dari kemampuan anak. Misalnya, jika anak takut bermain trampolin, ia tidak akan dipaksa. Hitungan waktu bukan suatu patokan dalam melakukan terapi, tapi hanya suatu stimulasi agar anak dapat melakukan terapi dengan baik dan bervariasi.

Tapi ingat, terapi ini tidak akan berhasil jika orang tua “melepaskan” anaknya begitu saja pada terapis. Artinya kerjasama antara orang tua dan terapis sangat diperlukan agar dicapai hasil yang optimal.

Olah Tubuh ala Binatang dan Pohon

Cuaca buruk? Bukan alasan untuk bermalas-malasan. Malahan, ajak si kecil berolah tubuh di dalam rumah. Hati senang, tubuh pun berkeringat....

Sebenarnya, si 3-4 tahun sudah mengerti kalau Anda mengajaknya bercerita. Dan, alam merupakan salah satu obyek yang sangat menarik. Bingung cara memperkenalkan padanya? Bagaimana kalau Anda mencoba sesuatu yang benar-benar lain. Ajak saja ia meniru gerakan binatang dan pohon.

Manfaatnya banyak juga, lho!

1. Kenali dulu kemampuannya

Sebenarnya, melatih kelenturan otot dan koordinasi gerakan sudah dapat Anda lakukan sejak si kecil mulai merangkak. Bukan cuma itu. Dengan membiasakan si kecil untuk bergerak bebas, sangat mudah saja baginya untuk menirukan gerakan apapun.
Tentu saja, sebelumnya, Anda perlu tahu kemampuan si kecil dalam mengkoordinasi otot dan mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Setelah itu, barulah Anda memberi contoh gerakan yang kira-kira bisa dikuasainya.
Biar tidak susah, pilih saja gerakan yang mirip dengan gerak khas binatang atau tumbuhan tertentu. Misalnya, gerakan kucing marah. Cukup dengan merangkak, tarik perut ke dalam, jatuhkan kepala ke bawah, lalu lengkungkan punggung.
Agar si kecil makin senang, namai saja gerakan “ciptaan” Anda itu dengan nama yang lucu. Contohnya, selucu Tongki Bebek berjalan, tendangan Lala Keledai, dan sebagainya.

2. Pandai-pandailah berimajinasi

Dari gerakan meniru ala binatang dan pohon itu, sebenarnya Anda bisa merangkainya menjadi sebuah cerita. Misalnya, “Suatu hari, si Tongki Bebek berjalan-jalan di kebun paman.” Ajak si kecil menirukan cara bebek berjalan. “Tiba-tiba, datanglah Lala Keledai yang marah-marah sambil menendang-nendang.” Ubah posisi tubuh, lalu menendang-nendanglah seolah-olah keledai yang sedang marah. Bisa juga, Anda masukkan pula gerakan yang disukai anak dalam alur cerita itu. Pokoknya, berimajinasilah sebebas-bebasnya. Yang penting, gerakan-gerakan yang dilakukan harus cukup untuk “melatih” otot-otot si kecil.

Jangan heran kalau nantinya, tiba-tiba saja si kecil “menciptakan” jurus-jurus “baru”. Misalnya, ia terinspirasi untuk melompat-lompat seperti kodok setelah melihat binatang tersebut sedang “bermain” di taman. Atau, bukan tak mungkin, ia malah ingin mengarang cerita sendiri. Ini justru merupakan pertanda baik. Dia mulai tertarik berolah tubuh!

3. Tempat tak jadi soal

Senam bersama anak di rumah sebenarnya seru juga. Ruangan yang dibutuhkan tidak perlu luas-luas amat. Yang penting, cukup untuk Anda dan si kecil bergerak. Entah berguling, menendang, atau gerakan lainnya. Namun, jika rumah Anda agak mungil, gunakan saja ruang tamu atau ruang keluarga. Tentunya, singkirkan dulu perabotan yang “mengganggu”.
Agar si kecil nyaman, pakai alas, seperti matras atau karpet, boleh-boleh saja. Namun, kalau tidak ada, tidak apa-apa juga. Yang penting, lantai rumah harus cukup bersih.

Jadi, jika hujan turun dan Anda sedang berleha-leha, sementara anak ingin sekali bermain ke luar rumah, mengapa tidak jadikan senam bersama ini sebagai pilihan beraktivitas. Masalahnya adalah, sudah siapkah Anda?

Retno Wahab Supriyadi

Konsultasi ilmiah: dr. Tanya Rotikan, Sp.KO, Bagian Kedokteran Olahraga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Pengarah gaya: Diah Takarina Isdiono

Balita Vegetarian, Sehatkah?

Sah-sah saja bila balita Anda menjalani pola makan vegetarian. Tapi tentu saja, ada banyak hal yang perlu diperhatikan.

Sebenarnya, menjalani pola makan vegetarian adalah pilihan hidup seseorang yang tak mau mengonsumsi daging-dagingan, termasuk di antaranya daging merah (sapi, kambing, dan sebagainya), unggas, serta ikan. Sebenarnya, apa saja alasannya?

Bisa jadi karena alasan agama, namun bisa juga karena memang memilih cara hidup yang seperti itu. Bagi orang dewasa yang notabene telah melewati masa pertumbuhan, menjadi vegetarian mungkin tidak terlalu menjadi masalah bagi kesehatannya. Pola makan vegetarian biasanya sangat tinggi kandungan zat besi, tapi rendah kolesterol dan lemak. Apa akibatnya? Dapat mengurangi risiko kegemukan, penyakit jantung, hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) dan diabetes tipe II. Tapi, bagaimana bila balita yang menjalaninya?

Boleh-boleh saja asal...

Anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memang membutuhkan nutrisi lengkap agar dapat tumbuh kembang dengan optimal dan sehat. Bisa jadi, pada saat ini, masyarakat masih meragukan kondisi kesehatan si kecil bila ia ikut-ikutan jadi vegetarian. Benarkah pola makan seperti ini tidak “aman” baginya?

Menurut Dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), staf Sub Bagian Gizi dan Penyakit Metabolik Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, “Sebenarnya, tidak ada masalah! Karena, sampai usia 6 bulan, boleh dibilang bayi itu vegetarian karena hanya mengonsumsi ASI (Air Susu Ibu), PASI (Pendamping ASI) atau bubur tepung. Dia memang sama sekali belum makan daging-dagingan.”

Kalau sudah begini, bolehkah ia tetap jadi vegetarian nantinya? Boleh-boleh saja, asal kombinasi makanannya disusun dengan benar. Yang pasti, makanannya harus mengandung 7 nutrisi lengkap, yaitu kalori, protein, vitamin B12, vitamin D, zat besi, kalsium, serta seng (lihat boks: 7 Jenis Nutrisi Lengkap Balita Vegetarian) . “Jangan sampai pola makan vegetarian menyebabkan gangguan kesehatan anak serta defisiensi vitamin dan mineral akibat pola makan yang tidak terencana dan dikombinasikan dengan baik,” tutur dr. Damayanti.

Tetap harus konsultasi ke ahlinya

Harus diakui, tidak mudah mengatur makanan anak vegetarian. “Jadi, orang tua harus berkonsultasi ke ahli gizi atau dokter yang mendalami pola makan vegetarian ini. Apalagi, beda jenis vegetarian, beda pula susunan makanannya,” lanjut dr. Damayanti. Bagaimana persisnya?

Vegetarian itu sendiri terbagi menjadi 5 jenis (lihat boks: Jenis-jenis Vegetarian). Jika si kecil menganut vegetarian jenis lakto ovo dan lakto yang masih boleh mengonsumsi susu dan telur, sebenarnya ini lebih baik, sebab kebutuhan asam amino esensialnyaakan terpenuhi. Asam amino esensial adalah 8 jenis zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan hanya bisa diperoleh dari makanan, yakni isoleusin, leusin, lisin, methionin, femialanin, threonin, triptofan, dan valin. Tubuh tidak bisa membuatnya sendiri,” lanjutnya lagi.

Menurut Dokter Spesialis Anak Metabolik dari Wilhemina Children’s Hospital-Utrecht Medical Center , Belanda, ini, khusus vegetarian jenis vegan, ia harus mengonsumsi jenis-jenis makanan yang asam amino esensialnya saling melengkapi. Contohnya, padi-padian yang kaya methionin dengan biji-bijian yang kaya lisin dan triptofan. Rumit? Tidak juga. Misalnya, Anda bisa kombinasikan nasi dengan tahu atau perkedel jagung, dan sebagainya.

Sebenarnya, adakah perbedaan pertumbuhan anak-anak vegetarian dengan yang tidak? Sampai sekarang, di Indonesia, belum ada penelitian tentang anak-anak vegetarian. Namun, banyak penelitian di luar negeri yang menunjukkan, pertumbuhan anak-anak vegetarian baik-baik saja. Tidak ada perbedaan apapun, kecuali menjaga komposisi makanan anak yang vegan. Kenapa begitu? “Penelitian-penelitian di luar negeri menunjukkan, anak-anak vegetarian jenis vegan ada yang perawakannya lebih pendek dibandingkan dengan anak yang lakto ovo. Ternyata, ini karena susunan makanannya tidak seimbang. Asam amino esensialnya tidak lengkap! Juga, kalori yang didapat dari lemak tidak mencukupi. Kalau begitu, seberapa banyak harusnya kandungan lemak dari nabati? Untuk ini, Anda harus rajin-rajin berkonsultasi ke ahlinya agar susunan makanannya tepat bagi pertumbuhannya. Jangan sekali-kali dianggap remeh,” sambungnya.

Laila Andaryani Hadis
Pengarah gaya: Diah Takarina
Foto: Dennie Ramon dan Dok. Ayahbunda
Lokasi: The Park Lane, Jakarta

Awas Kuman Datang!!!

Penyakit bisa datang pada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, termasuk sekolah si kecil! Memang, interaksi antar anak jadi sasaran ‘empuk’ penularan aneka kuman penyakit infeksi.

Sebenarnya, hidup kita memang tidak pernah ‘jauh-jauh’ dari penyakit infeksi. Benar begitu? Bahkan, penyakit demam berdarah yang masih mewabah sampai saat ini, misalnya, adalah satu dari sekian banyak penyakit infeksi. Apa, sih, penyakit infeksi itu?

Menurut dr. Sri Kusumo Amdani, Sp.A dari Kelompok Kerja Infeksi dan Penyakit Tropis RSAB Harapan Kita, Jakarta, “Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Jenis kuman penyakitnya bisa berupa virus, bakteri, jamur, parasit, ataupun Spirochaeta .”

Masalahnya, sekolah, baik prasekolah, taman kanak-kanak, atau tempat penitipan anak merupakan tempat terjadinya penularan atau penyebaran berbagai jenis penyakit infeksi! Padahal, daya tahan tubuh si kecil dalam menangkal ‘serbuan’ kuman penyakit lebih rendah dari orang dewasa.

6‘peringkat’ utama penyakit infeksi

Data di Amerika Serikat (tahun 2003) yang dikemukakan oleh Tim Peters, M.D., dokter spesialis anak dari Vanderbilt University Medical School, Nashville, Amerika Serikat, menunjukkan, setiap tahunnya, anak prasekolah dan TK yang terinfeksi penyakit influenza rata-rata sebanyak 6-10 kali, serta penyakit infeksi perut (gastroenteritis) minimal 1-4 kali. Bagaimana di Indonesia?

Selama musim penghujan ini, menurut dr. Dani, panggilan akrab dr. Sri Kusumo Amdani, yang pernah mengambil pendidikan Medical Epidemiology di Mahidol University, Bangkok, Thailand, tahun 1992, ada 6 penyakit infeksi yang paling banyak diderita oleh anak-anak prasekolah maupun TK, yakni: demam berdarah, influenza, ISPA, infeksi telinga, gastroenteritis , serta mata merah (untuk jelasnya, silakan lihat boks ‘Inilah 6 Penyakit Infeksi yang Lagi Ngetren!’).

Kalau sudah begini, perlukah Anda langsung panik? Janganlah. Selama sekolah memiliki kebijakan untuk mengantisipasi berkembangnya suatu wabah penyakit infeksi, misalnya dengan program imunisasi massal, sebenarnya sekolah tetap menjadi tempat yang cukup “aman” bagi si kecil untuk bereksplorasi dan mengenal “dunia kecilnya.”

Daya tahan tubuh, kuncinya

Pada kenyataannya, sih, penularan penyakit infeksi memang bisa saja terjadi di sekolah si kecil. Makanya, dr. Dani, yang mengambil spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1988, menyarankan, “Orang tua perlu tahu juga berbagai cara penularan penyakit. Ada yang lewat udara, air, makanan, serta gigitan binatang. Misalnya, nyamuk. Dengan begitu, mudah bagi Anda untuk ‘memutus rantai’ penularan infeksi si kecil.”

Tapi, ia menegaskan lagi, “Tentu saja, tidak semua anak yang terkena infeksi atau sudah kemasukan kuman penyakit pasti jatuh sakit atau menunjukkan gejala penyakit! Karena, hal itu sangat tergantung pada tingkat daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh anak!”

Kalau sudah begini, apa yang dapat Anda lakukan? Untuk memperkecil kemungkinan sakit, ‘ajak’ si kecil berpola hidup sehat. Caranya, mengonsumsi makanan bergizi tinggi, banyak minum, serta cukup istirahat. Boleh juga, sih, Anda berikan vitamin dan suplemen tambahan untuk memperbaiki atau meningkatkan daya tahan tubuh anak. Tapi, sebelumnya berkonsultasilah dulu dengan dokter anak Anda. Kenapa, sih? “Ada juga anak yang secara genetik memiliki daya tahan tubuh yang relatif rendah dibanding anak lain. Dan, ini bisa dilihat dari riwayat kesehatan keluarga. Makanya, saran dari dokter sangat diperlukan,” kata dr. Dani.

Benarkah vaksinasi jadi penangkal yang jitu? Program vaksinasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah memang seharusnya ditepati pemberiannya, sesuai jadwal. Sebab, ini benar-benar dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak. “Hanya saja, saya sendiri tidak menganjurkan vaksinasi flu, karena jenis virus flu di Indonesia berbeda dengan Amerika. Jadi, kalaupun pihak Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganjurkan pemberian vaksinasi flu bagi bayi dan balita di Amerika, tidak akan terlalu efektif hasilnya di Indonesia,” katanya lagi.

Sri Lestariningsih
Pengarah gaya: Natalia Kartika
Foto: Dhany Indrianto

3 Tahun Periksa Gigi

“Enggak mau ah… Ma, aku takut,” kata si kecil. Ia memang perlu dipersiapkan agar berani ke dokter gigi.

Geliginya mungkin belum tumbuh sempurna. Tapi Anda takut giginya rusak karena ia sulit sekali diajak menggosok gigi. Maukah ia diajak ke dokter gigi?

Jangan tunggu masalah

Biasanya orang tua membawa anak ke dokter gigi jika sudah terjadi masalah. Misalnya, ketika pipi anak bengkak karena giginya rusak. Langkah ini kurang bijaksana. Sebaiknya, ajak si kecil ke doter gigi, setidaknya enam bulan sekali, meskipun tidak ada masalah.

Alasannya adalah, bisa saja ada makanan atau susu yang tertinggal meski Anda sudah membantu membersihkannya. Bila dibiarkan, sisa makanan ini dapat merusak gigi anak. Jadi langkah pencegahan memang selalu lebih baik.

Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya dalam menerangkan pentingnya merawat gigi dengan tepat. Sayangnya, orang tua kerap menganggap remeh kesehatan gigi anak. Padahal, kesehatan mulut dan gigi dapat mengganggu perkembangan lain. Bagaimana anak dapat menyerap informasi dan stimulus lingkungannya jika ia sakit gigi? Bagaimana si kecil dapat bermain dalam kelompok jika ia diolok-olok karena mulutnya mengeluarkan bau tak sedap?

Menyiapkan anak

Ajak anak ikut saat Anda memeriksakan gigi Anda. Cara ini mengenalkan si tiga tahun pada suasana ruangan dokter gigi, suara-suara mesin dan peralatan yang digunakan dokter. Anak juga dapat melihat bagaimana Anda tetap tenang saat dokter gigi merawat gigi Anda.

Tak kalah penting, memilih dokter gigi anak yang memahami dan mendapat pendidikan bagaimana membuat anak-anak nyaman saat ke dokter gigi. Misalnya, menyediakan ruang tunggu berisi buku dan mainan. Di tempat itu si kecil juga bisa diberikan gambar tempel yang merupakan benda kesukaan anak.

Pergilah ke dokter gigi saat Anda dan si kecil sama-sama punya cukup waktu. Jika Anda tergesa-gesa karena harus segera kembali ke kantor, misalnya, kunjungan ke dokter gigi menjadi tidak menyenangkan. Si kecil pun merasa tidak nyaman karenanya.

Seminggu atau dua minggu sebelum ke dokter gigi, Anda dapat bermain peran bersama si kecil. Bergantianlah bersamanya menjadi dokter-pasien. Gunakan jari dan kaca untuk menghitung gigi si pasien. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudahnya. Dengan cara ini diharapkan si kecil tahu dan terbiasa bagaimana dokter memeriksa giginya.

Tanya Jawab Suplemen dan Multivitamin

Suplemen dan multivitamin untuk bayi dan balita membanjiri pasaran. Baguskah untuk si kecil?

Wajar muncul beberapa pertanyaan di benak Anda ketika melihat bayi atau balita yang bertubuh montok dan sehat. Misalnya, “Diberi vitamin apa, ya?”

Agar tidak terjadi kesalahkaprahan, berikut pertanyaan-pertanyaan yang sering mengganjal seputar suplemen atau multivitamin lengkap dengan jawabannya.

Tanya: Apa itu vitamin?
Jawab: Vitamin adalah sekelompok zat, substansi atau senyawa penting yang membantu kelancaran jalannya seluruh proses metabolisme dalam tubuh.

Tanya: Ada berapa jenis vitamin?
Jawab: Secara umum, vitamin dibagi jadi 2 kelompok, yakni:
- Vitamin yang larut dalam lemak , berupa vitamin A, D, E, dan K.
- Vitamin yang larut dalam air , seperti kompleks vitamin B (vitamin B1 atau tiamin, vitamin B3 atau niasin, vitamin B12, asam folat, asam pantotenat, biotin), dan vitamin C.

Tanya: Benarkah sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin yang lengkap?
Jawab: Tidak juga. Pada kenyataannya, sayuran dan buah-buahan hanya mengandung beberapa jenis vitamin, seperti vitamin C, E, K, dan beberapa macam vitamin B (seperti asam folat, biotin, dan lain-lain). Juga, sayuran dan buah-buahan merupakan fitokimia yang bersifat provitamin, seperti karotenoid (provitamin A).

Bagaimana dengan vitamin A, B6, B12, dan D? Umumnya, vitamin tersebut berasal dari sumber hewani. Misalnya, hati, susu dan aneka jenis produk olahannya.

Tanya: Apa itu mineral?
Jawab: Mineral adalah sekelompok senyawa anorganik yang juga dibutuhkan tubuh untuk kelancaran seluruh proses metabolisme, selain vitamin.

Tanya: Ada berapa macam mineral?
Jawab: Mineral yang diperlukan oleh tubuh dikelompokkan jadi 2, yaitu:
- Mineral utama. Dibutuhkan tubuh dalam jumlah di atas 100 mg/hari, seperti kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, klorida, dan sulfur.
- Trace elements . Adalah mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil (kurang dari 100 mg/hari), yakni zat besi, seng, tembaga, kobalt , yodium, kromium, mangan, molybdenum, selenium, vanadium, nikel, serta silikon.

Tanya: Dari mana kebutuhan mineral bisa dipenuhi?
Jawab: Mineral tubuh dapat didapat dari bahan-bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Di antaranya, garam, makanan laut, serta susu dan produk olahannya.

Tanya: Apa fungsi dari vitamin dan mineral bagi tubuh?
Jawab: Vitamin dan mineral diperlukan oleh tubuh agar seluruh proses metabolisme, termasuk juga proses tumbuh kembang bayi dan anak balita, dapat berjalan lancar. ( Lihat boks “Fungsi Vitamin dan Mineral dalam Tumbuh Kembang Anak”)

Tanya: Adakah fungsi lainnya?
Jawab: Ada juga. Vitamin bersama-sama dengan mineral berfungsi sebagai zat pengatur jalannya proses metabolisme.

Di samping itu, kedua zat tersebut dapat memperlambat proses penuaan sel, menghambat tumbuhnya sel-sel kanker, menghambat munculnya penyakit jantung dan osteoporosis (pengeroposan tulang), memperbaiki sistem kekebalan tubuh, serta membantu penyembuhan berbagai gangguan kesehatan. Yang pasti, tanpa kehadiran vitamin dan mineral, akan banyak proses penyerapan zat gizi oleh tubuh yang terganggu.

Tanya: Kapan anak perlu tambahan vitamin dan mineral?
Jawab: Pada bayi baru lahir, seluruh kebutuhan vitamin dan mineral dapat terpenuhi melalui ASI. Hanya saja, kalau ia sampai kekurangan vitamin, mudah kok mengatasinya. Anda cukup meningkatkan jumlah dan kualitas ASI Anda.

Tanya: Bagaimana caranya?
Jawab: Sebaiknya, Anda makan cukup dengan komposisi seimbang. Jika perlu, konsumsilah vitamin tambahan. Tentu saja, ini harus sesuai petunjuk dokter

Tanya: Kapan lagi tambahan vitamin dan mineral perlu diberikan?
Jawab: Setelah si kecil berusia 6 bulan. Pada umur ini, kebutuhan zat-zat gizi anak akan bertambah. Akibatnya, ia memerlukan makanan tambahan dari luar, selain ASI. Makanan ini dikenal sebagai Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Tanya: Cukup memadaikah MP-ASI?
Jawab: Umumnya, MP-ASI buatan pabrik sudah diperkaya oleh vitamin dan mineral yang diperhitungkan cukup untuk melengkapi asupan ASI.

Tanya: Adakah risiko yang perlu jadi catatan penting?
Jawab: Bayi yang hanya mengonsumsi ASI sampai usia 6 bulan berisiko kekurangan zat besi. Makanya, setelah usia 6 bulan, ia harus ditunjang dengan pemberian MP-ASI yang notabene kandungan zat besinya tinggi. Misalnya, daging merah, hati, dan lain-lain. Tapi, jika si kecil belum bisa mengonsumsi bahan makanan tersebut dalam jumlah yang memadai, dokter dapat memberi suplementasi zat besi.

Tanya: Anak usia 2 tahun seringkali sulit sekali makan. Tepatkah ia diberi vitamin dan suplemen sebagai tambahan zat gizi?
Jawab: Tidak selalu tepat. Si 2-3 tahun memang sering menolak makan, karena kebutuhan kalorinya relatif lebih sedikit dibandingkan pada masa bayi.

Selain itu, ke-aku-annya mulai berkembang. Tidak heran kalau dia jadi sangat pemilih. Hanya makanan tertentu saja yang bisa masuk ke dalam mulut mungilnya. Kalau sudah begini, mungkin saja dia akan mengalami kekurangan asupan beberapa zat gizi.

Tanya: Bagaimana cara mengetahui apakah anak kekurangan zat gizi tertentu?
Jawab: Untuk memastikan adanya kekurangan zat gizi, sebaiknya Anda berkonsultasi pada dokter spesialis anak setempat, yang dengan bantuan ahli gizi, dapat menganalisis asupan s erta komposisi makanan si kecil. Dari sini, bisa diatur menu yang disukai anak, tetapi mencukupi kebutuhan nutrisinya.

Tanya: Perlukah pemeriksaan laboratorium?
Jawab: Pemeriksaan lab dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Jika memang terbukti anak kekurangan vitamin atau mineral, barulah suplementasi vitamin atau mineral diberikan.

Sepatu Sehat

Warna ceria dan desain bagus tak cukup. Ada sederet kriteria lain agar kaki mungil si kecil tetap sehat dengan sepatu barunya.

Sejak anak mulai berjalan, kakilah yang selalu menanggung beban terberat sepanjang hidupnya. Masalahnya, kadangkala Anda “menelantarkan” kakinya dengan memakaikan sepatu yang tak cocok. Apa yang perlu diperhatikan?

Saatnya harus tepat

Biasanya, bayi sudah mulai memerlukan sepatu sebelum ia bisa menapak lantai. Nah, sepatu semacam ini lebih berfungsi sebagai kaus kaki yang menghangatkan kaki serta aksesoris untuk mempercantik kaki ketika bepergian. Jadi, bahannya harus nyaman dan lembut. Juga, tidak boleh pas-pasan agar tidak menghambat pertumbuhan kakinya.

Sebenarnya, sepatu baru benar-benar dibutuhkan ketika si kecil belajar berjalan. Kalaupun ia sudah mulai belajar berjalan sendiri, tunggu dulu selama 6–8 minggu. Setelah “mantap” berjalan, barulah Anda boleh memakaikan sepatu. Kenapa begitu?

Sepatu berguna untuk melindungi kaki dari benda tajam, kotor, dan sebagainya. Namun, jika si kecil berjalan di dalam rumah yang bersih dan aman, biarkan saja ia berjalan tanpa alas kaki. Dengan bertelanjang kaki, ia belajar untuk mengenali benda yang disentuh kakinya. Misalnya, lantai yang dingin, kasar, licin, dan sebagainya.

Ukuran musti pas!

Ini berarti, sepatunya tidak boleh terlalu sesak, namun juga tidak terlalu longgar. Pasalnya, tulang kaki anak belum terbentuk sempurna sampai usia 6 tahun. Tulangnya masih muda dan lunak. Otot-otot dan jaringan ikat di kaki juga mudah “memuai”. Sepatu yang kekecilan dapat merusak pertumbuhan kakinya.

Sebaliknya, sepatu yang kebesaran juga tidak oke. Biasanya, Anda cenderung membeli sepatu yang ukurannya lebih besar dengan harapan waktu pakainya bisa lebih lama. Padahal, ketika si kecil berjalan, bagian belakang sepatu akan menggesek-gesek tumit kakinya. Akibatnya? Bukan saja proses berjalannya jadi terhambat, kulit kaki pun lecet.

Apa jalan ke luarnya? Ketika sedang mencoba-coba sepatu, tekan ujung depan sepatu anak. Ini cara mudah untuk mengetahui apakah ada sisa ruang di depan jarinya. Sebaiknya, jarak antara sepatu dengan ujung jari kaki terpanjang sekitar 2 cm. Atau, minta anak menggerakkan ujung jarinya. Jika ujung jarinya masih bisa digerakkan, maka sepatu pilihan sudah benar.

Sebagai catatan, jangan percaya begitu saja pada nomor sepatu anak. Karena, setiap pabrik punya standar ukuran sepatu yang beda-beda. Jika si kecil tidak ikut pergi, ukur panjang dan lebar kakinya, atau buat pola gambar kakinya dengan cara menjiplaknya pada secarik kertas.

Trik memilih sepatu

Apa saja yang perlu diperhatikan saat memberli sepatu anak?

- Sol empuk dan bertekstur. Dengan begitu, ia tidak mudah terpeleset.

- Penyangga telapak kaki empuk dan melengkung. Bagian melengkung di telapak kakinya jadi tersangga dengan baik. Untuk itu, tekan bantalan yang menyangga telapak kaki dengan jari.

- Lentur, sehingga kakinya jadi lebih fleksibel saat berjalan. Untuk mengecek kelenturannya, tekuk saja sepatu itu.

- Bahan kuat biar bisa melindungi kakinya.

- Ringan, agar langkahnya tidak terhambat.

- Tak mudah lepas. Sebaiknya sepatu anak memakai tali, gesper atau velcro (perekat).

- Jangan lupa kaus kaki.

Kapan Ganti Sepatu?

Pertumbuhan kaki anak memang sangat cepat. Agar pertumbuhannya tidak terhambat, sering-sering ukur kakinya. Idealnya, 3 kali setahun beli sepatu baru. Jangan tunggu sampai ujung jari anak tertekuk gara-gara sepatunya kekecilan!

Juga, segera ganti sepatu si kecil kalau kakinya lecet, ia menolak dipakaikan sepatu, serta susah melangkah. Yang pasti, jangan berikan sepatu bekas pada adik, karena sudah “tercetak” kaki pemilik awalnya, yakni sang kakak. Kalau dipaksakan juga, pertumbuhan kakinya bisa terganggu.

Agar Tidak Salah Ukur...

Mengukur sepatu sebaiknya dilakukan setelah si kecil beraktivitas selama 2-3 jam. Kok begitu? Kalau kakinya sudah agak “memuai”, tingkat keakuratan pengukuran sepatu bisa lebih tinggi.

Coxsackie, Virus Penyerang Balita

Jangankan mengunyah makanan, untuk minum pun, mulut pedih sekali! Ya, itulah salah satu gejala penyakit mulut, kaki dan tangan (MKT). Repotnya, penyakit ini amat mudah menular.

Karena tak terlalu membahayakan, penyakit ini memang sering terlewatkan begitu saja. Apalagi, gejalanya juga tak terlalu istimewa. Dan, entah mengapa, jumlah penderita penyakit ini biasanya meningkat pada musim pancaroba.

Cirinya: bintil-bintil berair

Umumnya, anak yang kurang sehat akan rewel, mogok makan dan minum, serta tubuh agak sumang (suhu tubuh agak naik). Namun, bila rewelnya berlanjut dengan bertambah sulitnya si kecil makan plus mulutnya sakit sampai keluar air liur (untuk menelan air liur saja perih, apalagi minum), maka Anda perlu ekstra hati-hati. Bisa jadi, si kecil bukan menderita sariawan biasa.

Menurut Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), staf pengajar dari Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, “Coba lihat, apakah ada bintil-bintil berisi air dalam mulut si kecil dan sebagian di antaranya mungkin sudah pecah. Kalau ada, ini adalah salah satu gejala dari penyakit MKT.”

Memang, bintil-bintil berisi cairan merupakan salah satu gejala khas dari penyakit MKT atau hand, foot and mouth disease (HFMD) . Tapi jangan samakan ini dengan penyakit kuku dan mulut pada binatang ternak. Biar namanya mirip, tapi penyakit ini sama sekali berbeda dengan penyakit kuku dan mulut pada sapi misalnya!

Di Indonesia, kebanyakan virus penyebab penyakit MKT termasuk enterovirus yang dikenal sebagai virus coxsackie A16 atau enterovirus 71. Virus coxsackie adalah sejenis enterovirus yang hidup di usus halus. “Karena penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya penyakit ini akan sembuh sendiri dalam waktu 5–7 hari,” kata Prof. Sri.

Sekalipun begitu, ini bukan berarti Anda tak harus waspada. Sebab, bisa saja virus yang menyebabkan penyakit ini berbeda serotipe. Menurut National Center of Infectious Disease , Amerika Serikat, virus coxsackie yang masih sekeluarga dengan virus polio ini sangat mudah bermutasi alias berubah bentuk jadi serotipe yang berbeda.

Jangan sampai komplikasi

Sekalipun orang dewasa bisa juga tertular, penyakit MKT ini lebih sering tampak pada anak-anak di bawah usia 10 tahun, termasuk pula bayi.

Masalahnya, jika bintil berair itu ada di mulut si kecil, bisa dibayangkan betapa perihnya mulut yang tampaknya seperti sariawan itu. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, umumnya dokter memberi obat oles mulut, semacam obat untuk sariawan. Antibiotika tidak diperlukan, kecuali ada tambahan infeksi bakteri.

“Juga, karena mulutnya perih, orang tua sangat khawatir karena anaknya tidak mau makan dan minum,” jelas Prof. Sri Rezeki. Makanya, anak yang dirawat umumnya hanya diberi cairan infus sebagai pengganti makanan yang dibutuhkan tubuh. Uniknya, si kecil biasanya tidak kelihatan seperti anak sakit. Tak heran, kalau selama dalam perawatan, ia bisa mondar-mandir di kamar sambil membawa infus yang menempel di lengan.

Yang pasti, penyakit MKT ini jarang membahayakan penderitanya, kecuali kalau ada komplikasi. Walau begitu, kalau anak masih saja demam, mengantuk, lemas dan tidak bergairah, segeralah bawa ke dokter. Bisa jadi telah terjadi komplikasi. Kalau dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan virus bisa sampai ke jaringan otak dan menyebabkan ensefalitis (radang jaringan otak).

Kalau ini yang terjadi, akibatnya bisa fatal. Inilah yang dialami oleh murid sekolah dasar di Malaysia tahun 1997. Dari ratusan murid sekolah yang harus dirawat di rumah sakit, 26 orang di antaranya meninggal. Waktu itu, sekolah sampai harus diliburkan selama seminggu. “Jika penyebab penyakit MKT ringan, sekolah tak perlu diliburkan kok,” lanjutnya.

Jaga kebersihan

Yang benar-benar perlu diwaspadai adalah, penyakit ini sangat mudah menular. Proses penularannya bisa dari cairan yang keluar dari bintil-bintil di mulut, kaki dan tangan, bisa juga dari kotoran (tinja) si kecil. “Anak yang terkena MKT (dengan bintil-bintil di tangan yang baru pecah) memegang mainan, lalu mainan itu dipegang oleh temannya. Dari sini, jelaslah bahwa si teman anak sudah tertular,” ujar Prof. Sri.

Juga, karena menahan rasa sakit di mulut, anak-anak yang masih kecil tak jarang meneteskan air liur. Nah, air liur itu bisa saja menetes pada bajunya. Jika baju yang basah itu kemudian dipegang oleh orang lain, ya ikut-ikutan tertular juga.

Bagaimana penularan via kotoran? Gampang juga. Dari kotoran yang menempel pada diaper yang tak langsung dibuang, atau tangan pengasuh yang kurang bersih dicuci setelah membersihkan kotoran bayi. “Tangan yang sudah tertempel virus itu berpotensi menularkan penyakit pada orang lain. Apalagi, bila ia harus pula menyediakan makanan atau memegang makanan,” ujarnya lagi. Apa jalan keluarnya?

Jika bayi Anda terkena MKT, sebaiknya diaper yang kotor terkena tinja langsung dibuang dan dimusnahkan. Apalagi, virus yang tersimpan dalam tinja bisa bertahan lama. Juga, si pengasuh harus lebih memperhatikan kebersihan tangannya.

Lalu, jangan dikira jika si kecil yang sudah sembuh serta bintil berisi cairan di mulut dan tangan sudah hilang, tidak mungkin menularkan MKT lagi! Sekalipun sudah lewat 2 minggu, Anda harus tetap waspada. Tinja si kecil masih bisa menularkan virus itu.

Bila Tenggorokan Meradang

Penyakit ini kerap menyerang anak-anak. Dan ternyata, virus serta bakteri sama-sama jadi penyebabnya!

Apakah si kecil Anda sudah pernah terkena radang tenggorokan? Asal tahu saja, walau virus dan bakteri menimbulkan penyakit yang sama, gejala yang muncul berbeda, lho!

Antara virus dan bakteri

Sebagai biang keladi radang tenggorokan, ternyata virus dan bakteri punya satu kesamaan. Keduanya sama-sama menyebabkan suhu badan si kecil meningkat, sampai lebih dari 38 ° C. Meski begitu, gejala-gejala yang menyertainya sangat berbeda (lihat boks “Gejala yang Berbeda”).

Masalahnya, anak yang terlalu kecil biasanya belum bisa mengatakan apa yang dirasakannya. Jadi, kitalah yang harus memperhatikan apakah ia mengalami kesulitan dalam menelan makanan atau tidak. Dari sini, gejala-gejala lain umumnya akan ikut menyertai.

Menurut Ram Yogev, MD, dari Children’s Memorial Hospital, Chicago, Amerika Serikat, setiap tahunnya, jutaan anak mengunjungi dokter karena radang tenggorokan. Mayoritas radang tenggorokan terjadi akibat virus, bukan bakteri.

Sebagai catatan , penanganan radang tenggorokan akibat bakteri tetap harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi, yakni gangguan di bagian tubuh lain. Misalnya, di ginjal (nefritis), jantung (penyakit jantung rematik), dan sebagainya.

Asal tahu saja, bakteri yang jadi biang keladi radang tenggorokan, yakni Streptococcus grup A, biasanya tidak menyerang anak di bawah usia 3 tahun. Ini antara lain karena risiko mereka untuk terinfeksi bakteri lebih kecil ketimbang anak yang sudah sekolah.

Harus segera ditangani

Penanganan radang tenggorokan yang disebabkan virus dan bakteri memang agak beda. Kalau biang keladinya bakteri, biasanya si kecil dapat diobati dengan antibiotik jenis penisilin. Namun, bila ia alergi penisilin, dokter akan memberikan obat lain.

Sementara itu, bila penyebabnya adalah virus, si kecil akan sembuh dengan sendirinya. Ini karena daya tahan tubuhnya secara bertahap meningkat lagi. Makanya, anak harus cukup istirahat, minum banyak cairan, serta mengonsumsi makanan bergizi. Cuma, kalau ia terlihat agak mual karena terlalu banyak minum air putih, ganti saja dengan jus buah. Juga, kalau si kecil masih sulit menelan, berikan makanan yang agak lembut. Dalam kondisi ini, obat hanya diperlukan jika anak mengalami demam.

Satu hal lagi, bila sakit tenggorokan sudah berlangsung lebih dari 5 hari dan makin memburuk, atau muncul gejala lain (ruam di perut, dada, dan tangan, serta kaki berwarna merah dengan permukaan kasar), segera bawa anak ke dokter. Gejala tersebut menunjukkan anak menderita Scarlet’s fever. Bakteri Streptococcus memang dapat pula menyebabkan Scarlet’s fever pada sebagian anak. Walau begitu, gangguan ini tidak umum terjadi pada bayi.

Bisa dicegah

Radang tenggorokan dapat ditularkan oleh penderita ke orang lain. Bila Anda sedang radang tenggorokan, misalnya, cegah jangan sampai menulari anggota keluarga lain, termasuk pula si kecil. Caranya, pakailah masker.

Juga, sering-sering mencuci tangan, terutama sebelum memegang peralatan makan anak. Menjaga kebersihan memang merupakan cara ampuh memotong tali penularan penyakit ini. Selain itu, tingkatkan daya tahan tubuh sehingga baik si kecil maupun kita tidak mudah tertular.

Laila Andaryani Hadis

Konsultasi ilmiah: dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A( K), MTrop.Paed., Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Kematangan Otak, dari Anak hingga Dewasa

Benarkah fungsi otak untuk menganalisa dan memecahkan masalah baru sempurna saat seseorang menginjak dewasa? Studi terbaru menjawab dugaan para ahli yang selama ini keliru.

Selama ini para ahli yakin bahwa “ledakan” tumbuh kembang otak terjadi di tahun-tahun pertama usia anak dan “menyurut” secara terus-menerus jika hubungan antar neuron (sel-sel saraf otak) tidak digunakan. Studi terbaru membuktikan bahwa dugaan tersebut keliru.

Hingga usia dewasa awal (19–40 tahun), kematangan otak manusia baru tercapai. Terutama, pada bagian korteks prefrontal, yang berfungsi sebagai pusat perencanaan ( planning ), mencari jalan keluar ( problem solving ), nalar, emosi, gerakan dan sebagian pusat bicara manusia. Itu artinya, masih ada banyak kesempatan yang mendukung tumbuh-kembang otak selama proses maturitas otak masih berjalan.

Berkembang pararel dengan evolusi otak

Studi yang dilakukan oleh peneliti gabungan dari National Health of Mental Health (NIMH) dan University of California, Los Angeles (UCLA) ini dilaporkan secara online dan resmi pada tanggal 17 Mei 2004 lalu. Studi ini dilakukan terhadap 13 anak dan remaja yang sehat, selama 15 tahun. Responden berusia antara 4 sampai 21 tahun.

Setiap anak di- scan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) setiap dua tahun sekali. Kerja korteks (bagian terbesar otak manusia) direkam dalam bentuk film tiga dimensi. Dalam rekaman, jaringan korteks otak yang sedang aktif bekerja berwarna abu-abu sehingga sering disebut sebagai “ gray matter ” (bagian abu-abu).

Rekaman kerja otak menunjukkan bahwa bagian abu-abu menjadi matang dan semakin aktif di usia yang tahapan perkembangan ( milestone ) kognitif dan fungsionalnya juga semakin matang. Sebagaimana tumbuh kembang manusia, maka korteks menjadi matang sejalan dengan tahapan perkembangan. Artinya, “Urut-urutan maturasi otak umumnya terjadi secara paralel dengan evolusi otak mamalia,” jelas Nitin Gogtay dan rekan-rekan dari NIHM dan UCLA.

Matang secara bertahap

Studi yang antara lain melibatkan Judith Rapoport dan Paul Thompson ini menemukan bahwa bagian otak yang pertama kali menjadi matang adalah bagian depan dan belakang, yang antara lain berfungsi memproses sensasi indrawi dan melakukan gerakan. Kemudian, diikuti oleh maturitas bagian otak yang berfungsi mengembangkan orientasi spasial dan bahasa. Sedangkan bagian otak dengan fungsi-fungsi yang lebih lanjut, seperti mengintegrasikan informasi dari berbagai indra, matang paling akhir.

Hasil studi ini sangat berarti bagi para ahli yang menangani gangguan fungsi dan tumbuh kembang otak, seperti autisme dan schizofrenia, yang juga diteliti Rapoport dan rekan.

Selain itu, perspektif baru tumbuh kembang otak ini, menyebabkan ahli perkembangan, pendidikan dan neuroscience memiliki wawasan baru dan perlu membuat pendekatan berbeda dalam memandang perkembangan kecerdasan dan tumbuh kembang manusia.

Andi Maerzyda A. D. Th.

Mengatasi Dehidrasi

Ada beberapa gangguan kesehatan yang sering dialami bayi. Salah satunya, dehidrasi atau kekurangan cairan. Jadi, kenali gejala dan cara tepat mengatasinya.

Umumnya, balita mengalami dehidrasi karena kurang minum atau kurang banyak cairan yang dimasukkan ke dalam tubuh mungilnya. Bisa jadi, ini akibat si kecil terlalu asyik bermain sehingga lupa untuk minum.

Kenali penyebabnya

Disamping kurang cairan, ada juga penyebab lain terjadinya dehidrasi pada si kecil.

- Flu atau pilek. Dehidrasi bisa terjadi pada saat si kecil sedang sakit flu atau pilek. Walaupun tidak muntah dan tidak sering “pipis”, dia akan tetap merasa lemas seperti orang kelaparan dan kehausan. Biasanya, hal ini terjadi karena dia menolak untuk makan atau minum.

- Kelelahan, s ekalipun ia tidak terlalu banyak bermain dan cukup tidur. Ini terjadi akibat banyaknya keringat atau energi yang keluar.

- Terinfeksi virus penyebab muntah dan diare. W alaupun si kecil tidak “bolak-balik” pipis, cukup tidur, dan tidak kelelahan bermain, dia bisa saja mengalami dehidrasi akibat muntah-muntah dan diare yang dialaminya.

Berikan cairan

Tindakan utama yang harus Anda lakukan untuk mengatasi si kecil yang mengalami dehidrasi adalah sesegera mungkin mengganti cairan tubuhnya yang banyak keluar. Caranya, beri si kecil minum yang sebanyak-banyaknya.

Cairan yang Anda berikan dapat berupa air putih biasa, jus buah, es krim, atau bentuk cairan lainnya. Yang penting, berikan jenis cairan yang sesuai dengan kondisi kesehatan tubuhnya. Misalnya, kalau ia sedang pilek, jangan berikan es krim.

Kapan ia harus dibawa ke dokter? Bila si kecil diare dan muntah-muntah. Jika ia mengalami diare dan tetap memuntahkan cairan yang Anda berikan, maka tubuhnya akan tetap mengalami dehidrasi. Keadaan ini jelas tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Biasanya, dokter akan menggantikan cairan tubuh si kecil via infus.

Kiat menghindari

Mencegah memang selalu lebih baik dari mengobati. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya dehidrasi pada balita Anda.

- Biasakan si kecil untuk minum secara teratur setiap hari, terutama bila dia banyak beraktivitas. Cairan yang dikonsumsi sebaiknya diatur agar bervariasi.

- Anak harus minum air paling tidak 8 gelas sehari. Anda dapat memberinya dalam bentuk kombinasi aneka jenis cairan, seperti jus buah, buah segar, sup, dan lain-lain.

- Berilah minuman sebelum balita Anda mulai beraktivitas, seperti bermain di halaman.

- Tetaplah beri minuman pada si kecil, sekalipun dia tidak begitu haus.

2 Tahun Tak Mau Berhenti Ngempeng

Empeng memang membantu Anda menenangkan anak. Namun empeng dapat berdampak negatif jika si kecil terlanjur tergantung menggunakannya.

Arsya menyesal membelikan Ario empeng ketika putranya masih bayi. Waktu itu, menurut mertuanya, empeng sangat efektif untuk membendung tangisan bayi. Arsya, yang kala itu termasuk ibu baru, memang cukup panik mendengar tangisan Ario yang bertubi-tubi.

Empeng yang dibelikannya itu kini seakan-akan melekat erat pada mulut anaknya, hingga kini Ario hampir berusia 2 tahun. Keengganan Ario melepas empeng kesayangannya membuat ibu muda ini panik. Bagaimana agar anak semata wayangnya ini mau melupakan empeng nya?

Ada untung ruginya

Dalam buku What to Expect The Toddler Years karangan Arlene Eisenberg, Heidi E. Murkoff dan Sandee E. Hathaway, disebutkan mengenai perdebatan untung-rugi penggunaan empeng bagi anak. Beberapa penelitian menyebutkan, penggunaan empeng justru dianjurkan bagi bayi-bayi prematur maupun bayi-bayi yang kerap terserang kolik. Tujuannya, untuk menenangkan mereka.

Di sisi lain, penggunaan empeng dalam jangka panjang dapat merusak struktur mulut dan posisi gigi geligi bayi. Bahkan terkadang penggunaan empeng yang terlalu lama dapat menimbulkan masalah bagi kemampuan berbicara si kecil. Padahal, empeng merupakan alat yang sangat digemari para ibu untuk membantu menenangkan bayi-bayi mereka. Sehingga, tidak sedikit ibu yang membeli benda itu bagi buah hatinya. Apalagi, empeng maupun dot kini bentuknya dibuat sedemikian rupa disesuaikan struktur bentuk mulut anak. Namun, bagaimana sebaiknya?

Atasi jika berkelanjutan

Pada dasarnya pilihan untuk memakaikan empeng pada si kecil yang masih bayi sangat tergantung pada Anda. Bagaimana pandangan Anda terhadap pemakaian empeng ini pada anak, serta bentuk empeng seperti apa yang Anda pilihkan baginya.

Namun mendekati usia anak yang kedua, sebaiknya ia tidak tergantung lagi pada empeng. Jika si kecil terlanjur tergantung pada empeng dan Anda akan segera mengakhirinya, berikut ini beberapa cara yang dapat dicoba:

- Ketergantungan anak pada empeng karena perasaan cemasnya. Karena cemas, ia mencari pelampiasan dengan cara mengempeng. Karenanya, cobalah memberi perhatian dan cinta yang cukup bagi si kecil. Hal ini akan membuatnya merasa nyaman dan aman bersama Anda.

- Cobalah mengalihkan perhatian anak dari empeng. Misalnya, dengan mengajaknya menyanyi, bercerita, bercanda atau pun bermain ketika anak teringat empeng nya.

- Ketika anak merasa lapar atau lelah, ia biasanya mengatasinya dengan cara yang dikenal sebelumnya, yaitu mengempeng. Karenanya, hindari si kecil merasa lapar atau lelah.

- Tegakan disiplin dengan konsisten. Katakan dengan tegas pada anak bahwa ia sudah terlalu besar untuk memakai empeng. Negosiasikan kapan ia mau melepaskan empeng . Kemudian, cobalah konsisten terhadap waktu yang telah ditetapkan anak sendiri bersama Anda untuk tidak lagi mengempeng.

- Anda berkesempatan mendorong si kecil melepas empeng saat empeng nya sobek atau rusak dan sudah waktunya dibuang. Tegaskan bahwa Anda tidak membelikannya yang baru karena ia sudah cukup besar untuk terus menggunakan empeng . Jika cara ini yang dipakai, Anda harus siap menggantinya dengan perhatian Anda yang lebih besar. Atau, memberinya berbagai kegiatan agar si kecil cepat melupakan empeng nya.

STIMULASI BICARA YANG TEPAT

Bu Mayke, kami memiliki anak laki-laki berusia 1 tahun 9 bulan. Kami berdua bekerja dari pagi hingga malam, sedangkan anak dititipkan pada pengasuh di rumah. Di usia tersebut, kemampuan bahasa anak masih terbatas. Padahal hampir setiap hari kami mengajaknya mengobrol. Dia hanya mampu mengatakan kosakata tertentu saja seperti papay (kapal), mbem (mobil), bibi (pengasuh), bapak, ibu, Mama, mamam, dan lain-lain dan belum bisa merangkai kalimat. Dia sebenarnya cukup cerewet kalau diajak ngobrol mau menjawab dengan "kalimat" panjang, bahkan dengan teman-temannya juga sering berkomunikasi. Cuma ya itu Bu, bahasanya masih enggak jelas, kayak bahasa planet. Cukup sulit kami memahaminya jika tidak melihat ekspresi tubuhnya, seperti memperlihatkan kaki karena sehabis terjatuh, atau dia menarik-narik tangan kami untuk menunjukkan ada seekor kucing yang hendak mencuri ikan goreng di dapur. Pertanyaannya, bagaimana menstimulasi bahasa anak? Perlukah dia dibawa ke psikolog? Sampai usia berapa keterlambatan berbicara anak bisa ditolerir?

Susi ­- Bali

Kesadaran dan perhatian sebagian orangtua masa kini akan perkembangan putra-putrinya sudah meningkat, antara lain seperti yang Anda perlihatkan. Biasanya anak mulai belajar merangkai kalimat setelah usia dua tahun. Di usia dua tahun, anak mulai merangkai dua atau tiga kata menjadi kalimat. Ia belum mampu merangkai beberapa kalimat, kecuali bagi sejumlah kecil anak yang perkembangan bahasa/bicaranya sangat pesat. Jadi tidak heran apabila ia masih berbicara dalam bahasa "planet" saat berkomunikasi dengan temannya, asalkan dia sudah dapat menyebutkan beberapa kata tunggal (tahap satu kata).

Orangtua perlu waspada akan keterlambatan perkembangan bahasa/ bicara apabila sampai usia dua tahun belum ada satu kata pun yang bisa diucapkan oleh anak, apalagi bila anak tidak mengerti perintah-perintah sederhana (misalnya, "tunjuk mana hidungmu", "ambilkan sepatu mama", dan seterusnya).

Pada usia dua tahunan, kalimat ujaran merupakan gabungan dua kata dan belum terlalu lancar diucapkan. Ketika menyebutkan kalimat, ada jeda antara kata pertama dan kata kedua. Tidak heran bila kemampuan berbicara anak di tahap ini seperti bahasa "telegram" (disebut telegraphic speech), singkat-singkat tetapi mengandung berbagai makna. Misalnya, dari ungkapan, "Ayo mbang." bisa berarti anak minta digendong kemudian tubuhnya digerak-gerakkan seperti pesawat terbang.

Bagaimana menstimulasi bahasa/bicara anak? Dengan sering kali mengajaknya berkomunikasi dan memperkenalkan nama-nama benda, kata kerja (misalnya, makan, tidur, berlari), nama tempat (di dalam, di atas), dan tempo bicara Anda sebaiknya diperlambat agar anak dapat menyimak pembicaraan orang dewasa dan pelan-pelan memahami serta menirunya. Cara lain adalah sambil beraktivitas, misalnya pada waktu main "perosotan" ucapkan kata-kata yang mewakili apa yang sedang dilakukan oleh anak. Sambil menaiki tangga perosotan, katakan "naik tangga"; "naik ke atas"; "duduk"; "merosot"; "bum sampe di bawah"; "horeee.. Ayo, naik lagi", dan seterusnya. Pada prinsipnya, anak akan belajar bahasa dari apa yang sering mereka lihat, dengar, dan lakukan. Sesekali tanyakan pada anak, "Baju Adek disimpan di mana?", atau "Ambil sepatu hitam yang ada di bawah tempat tidur". Dari komunikasi yang berlangsung, maka kosakata anak meningkat dan dia pun mengenal aturan main pada waktu berbicara. Ada giliran antara si pembicara dan pendengar. Komunikasi yang berlangsung antara orangtua dengan anak usia di bawah tiga tahun disebut parenthese, ditandai oleh nada bicara yang bervariasi, nada bicara meninggi, merendah, datar. Dengan demikian anak lebih mudah menangkap, mengingat, mengerti artinya.

Sekian dulu dan saya berharap Anda dapat memetik pengetahuan dari ulasan ini. Terima kasih atas pertanyaan yang diajukan

ARTI WARNA PADA FESES BAYI

Kegiatan buang air besar seorang bayi kadang membuat kawatir sebagian oarang tua, khususnya pada warna, bentuk dan polanya. Sebelum kita menjadi cemas, pada kesempatan ini Bunda Radit mau berbagi tips yang Bunda Radit Sadur dari dr.Waldi Nurhamzah, Sp.A, tentang feses bayi.

Umumnya warna tinja pada bayi dapat dibedakan menjadi kuning, coklet, hijau, merah dan putih/keabu-abuan. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sistem pencernaan bayi kita, dapat dideteksi dari warna-warna tinja tersebut.

KUNING
Warna Kuning dapat diindikasikan sebagai fases normal untuk bayi, apabila bayi mendapat ASI yang penuh, tanpa campuran susu formula, warna kuning dari fases yang dihasilkan lebih cerah dan cemerlang(didominasi warna kuning. Yang berarti sibayi mendapat ASI penuh dari foremik (ASI depan) dan hindmilk(ASI belakang).

HIJAU
Warna Hijau pada fases bayi masih dikategorikan normal, tapi warna ini tidak boleh terus-menerus muncul karena hal tersebut berarti cara ibu memberikan ASI kurang tepat/belum benar (yang terhisap oleh bayi hanya foremik saja, kasus tersebut tejadi kalau produksi ASI melimpah.dimana sibayi selalu mengisap ASI depan terlebih dahulu yang mempunyai kandungan gula & laktosa tapi rendah lemak yang membuat bayi cepat lapar kembali & ASI belakang yang mengandung banyak lemak akan terhisap setelah foremik habis, padahal hidmik (ASI belakang) inilah yang membuat tinja menjadi kuning.

MERAH
Warna Merah pada fases bayi bisa disebabkan adanya tetesan darah yang menyertainya, darah tersebut bisa berasal dari tubuh bayi atau dari ibunya yang terisap pada saat proses persalinan,jika darah tersebut berasal dari ibunya, maka fasesnya akan ditemukan bercak hitam & berlangsung 1 s/d 2 hari. Apabila darah tersebut bukan berasal dari 2 hal tersebut kemungkinan lainnya bisa karena alergi susu formula atau penyumbatan pada usus & hal tersebut perlu penanganan cepat danh segera berkonsultasi pada dokter.

PUTIH/KEABU-ABUAN
Jika warna Putih/keabu-abuan pada kotoran bayi terjadi, maka hal tersebut harus segera diwaspadai. karena warna putih menunjukan gangguan yang cukup riskan yang mungkin disebabkan gangguan pada hatu/penyumbatan saluran empedu pada bayi. yang berarti cairan empedunya tidak dapat mewarnai tinjanya, yang berarti sibayi harus segera dibawa kedokter.

BENTUK FASES
Feses bayi di dua hari pertama setelah dilahirkan berbentuk aspal lembek setelah itu akan bergumpal seperti jeli, padat, berbiji & berupa cairan. Fases bayi yang diberi ASI ekslusif akan berbentuk pasta/kream, berbiji & cair seperti menceret

FREKUENSI BAB
Frekuensi BAB pada bayi berbeda-beda khususnya diminggu keempat & keliam yang pertama, dalam sehari bisa lima kali.bayi yang minum ASI ekslusif bisa gak BAB sampai empat hari bahkan sampai tujuh hari, jangan kawatir itu normal selama perkembangannya tidak terganggu.

Friday, August 1, 2008

Masalah Kesehatan Umum Pada Anak

1. COMMON COLD & FLU (Salesma)
---> Penyebabnya adalah infeksi virus.
---> Hidung berair mampet, radang tenggorok, demam, ngilu, bersin2, batuk, muntah
---> Umumnya berlangsung selama 5 hari (3 - 14 hari rentangnya) tergantung daya tahan tubuh dan tergantung ada tidaknya penderita flu di rumah atau sekolah. Jika bayi dan anak memiliki saudara kandung yang lebih besar dan sudah bersekolah, maka ia sangat potensial sering mengalami colds & flu.
---> Frekuensi kejadian 8 X / tahun
Tidak ada obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh anak terhadap infeksi virus akan meningkat sejalan dengan waktu. ANTIBIOTICS DON'T WORK ON COLDS!!! dan tidak ada obat pilek yang efektif untuk bayi dan anak

Tatalaksana:
a. Yang paling dibutuhkan adalah cairan, sering minum meski sedikit2
b. Supaya ingus tidak kental dan menyumbat jalan nafas, berikan air garam steril sebagai tetes hidung (NaCl, bisa dibeli di apotik). Menghirup uap air panas juga banyak membantu saat mengalami colds & flu.
c. Apabila pada malam hari tidak dapat tidur karena hidung tersumbat, beri tetes hidung untuk menghilangkan pembengkakan di dalam hidung
d. Humid environment, jangan kering seperti dalam ruangan ber AC, Kalau perlu taruh ember berisi air mendidih diruangan setelah anak tidur
e. Paracetamol - bila bayi/anak uncomfortable atau high fever (>38,3*C)

Pencegahan:
a. Sering cuci tangan
b. HIndari kontak erat dengan penderita flu
c. Jaga kebersihan rumah seperti kamar, toilet, dapur, dsb

Kapan menghubungi dokter??
a. Batuk menetap, demam > 72 jam
b. Sesak nafas, kuku dan bibir tampak biru
c. Luar biasa rewel, atau luar biasa ngantuk (sangat sulit dibangunkan)


2. RADANG TENGGOROKAN & INFEKSI AMANDEL

---> Umumnya disebabkan oleh infeksi virus. artinya akan sembuh sendiri dan sama sekali tidak memerlukan antibiotik
---> Hanya sekitar 15 % saja yg infeksinya disebabkan oleh kuman streptococcus dan umumnya menyerang anak usia 4 - 7 tahun dengan catatan diagnosisnya harus berdasarkan biakan usap tenggorokan.

Tatalaksana:
- Banyak minum, minuman yang hangat akan memberikan rasa nyaman di tenggorokan
- Untuk anak yang lebih besar, bisa diajarkan untuk kunur2 atau menghisap lozenges
- Kalau panas atau kesakitan, berikan paraceta,mol (seperti panadol atau tempra)
- Kalau hidung tersumbat dapat diberikan tetes hidung NACl dan menghirup uap panas. Kalau anak sangat terganggu dapat diberikan Nasal Decongestant.

3. BATUK
---> Batuk adalah suatu mekanisme tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang mengganggu saluran bafas kita, seprti dahak, riak, benda asing (kacang dsb)
Pada anak, batuk umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau alergi. batuk akibat infeksi virus flu bisa berlangsung sampai dengan 2 minggu. Bahkan lebih lama lagi bila anak kita sensitif atau alergi, atau dirumah ada anak lain yang lebih besar yang juga sedang sakit. Batuk karena alergi juga bisa berlangsung lama atau hilang timbul selama pencetus alerginya tidak diatasi. Alergi yang dimaksud bisa dalam bentuk alergi hidung, asma, alergi suatu zat di lingkungan. Penyebab lainnya adalah sinusitis, reflux, pneumonia.

Tatalaksana:
a. cari penyebab batuk
b. Jika batuk disebabkan oleh produksi dahak yang berlebihan, maka upaya yg perlu dilakukan adalah mengurangi produksi lendir, melalui cara :
- Minum banyak yg hangat, misal air lemon
- Jangan ada asap rokok
- Ruangan jangan kering (moist air - taruh satu ember air panas mendidih, atau pasang humidifer)
- Agar anak nyaman, tidurkan dengan bantal agak tinggi
- NO ANTIBIOTICS!! kebanyakan batuk tidak memerlukan antibiotik
- NO COUGH SUPPRESSANT, jangan mengkonsumsi obat penekan reflek batuk (seperti DMP), Anehnya, anak kita sering mendapatkan obat racikan/puyer yang salah satu kandungannya codein (sejenis narkotika) yang tidak diketahui manfaatnya.


4. BRONCHITIS/ INFEKSI SALURAN NAFAS
----> Penyebabnya banyak tetapi yang tersering adalah alergi (seperti asma, environmental exposures). Bisa juga karena sinusitis, refluks, reaksi obat, kelainan bawaan saluran nafas, tersedak benda asing.

Tatalaksana:
- Mencari penyebab. Bila karena alergi, modifikasi lingkungan sekitar untuk mengurangi eksposur pada anak
- Humidifikasi
- Ekstra cairan
Jika anak kita dinyatakan menderita alergi, maka kita harus segera berpikir bahwa itis disini artinya radang/inflamasi, penyebabnya belum tentu infeksi bakteri, mayoritas bronkitis pada anak tidak perlu antibiotik.

5. INFEKSI TELINGA
---> Penyebab utama umumnya karena infeksi virus, terjadi pasca infeksi hidung atau radang tenggorokan seperti cold/flu, masalah gigi

Gejala:
- Sakit telinga (biasanya satu sisi), demam, pilek dengan hidung mampet, rewel, telinga ditarik2, nafsu makan menurun
- Kadang2 tampak cairan kuning keluar dari telinga, kadang2 juga anak mengalami sedikit gangguan pendengeran
- Rata2 setiap anak mengalami infeksi minimal 2 x sebelum usia 5 tahun.


Tatalaksana:
- Penghilang rasa sakit
- Posisi tegak
- Jangan ada yang merokok
- Jangan minum susu dari dot/botol sambil tiduran
- Air hangat di botol, bungkus kain perca, taruh diatas telinga
- Kalau perlu minum obat decongestant untuk mengurangi hidung tersumbat
- Hubungi dokter bila berkepanjangan, lebih dari 2 minggu
- Hubungi dokter bila infeksi berat dan anak kesakitan hebat

6. DIARE
---> Diare dan muntah adalah mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan racun, virus/kuman yang masuk ke dalam tubuh. Tidak perlu diberikan obat anti muntah atau obat untuk memampetkan diarenya.

Penyebab:
- > 80% penyebabnya pada anak, terutama bayi, adalah virus (rotavirus)
- Keracunan makanan
- Alergi Makanan
- PEMAKAIAN ANTIBIOTIK

Tatalaksana:
- ASI diteruskan, campur dengan Orak Rehydration Solution (ORS) seperti pedialyte atau oralit
- Perbanyak minum
- Bila diare hebat, fokus pada upaya rehidrasi (menjaga agar tidak dehidrasi). kalau perlu untuk sementara waktu tidak perlu makan sampai dehidrasi teratasi
- Umumnya tidak perlu antibiotik, antibiotik hanya bila tinja berdarah (butuh evidence/lab). Pada banyak kasus, antibiotik justru akan memperparah diarenya. Belum lagi pemakaian antibiotik tidak pada tempatnya akan menyebabkab infeksi tambahan oleh jamur
- Jangan minum obat untuk menghentikan diare seperti primperan, motilium, kaopecta, smecta, ensim dsb.
- Pada diare biasa, tidak perlu mengganti susu formula

Kapan menghubungi dokter?
- Ada darah di tinja atau tinja berwarna hitam
- Tanda2 dehidrasi berat: tidak buang air kecil > 8 jam, bibir kering, air mata kering ketika menangis, skin turgor menurun ( jika tangan dicubit tidak akan kembali seperti semula), mata cekung, abdomen (sakir perut), fontanelle (ubun2) pada bayi cekung
- Luar biasa mengantuk, sulit dibangunkan
- Luar biasa lemas

7. KONSTIPASI (SEMBELIT)

Penyebab:
- Pola konsumsi makanan yang low fiber, high fat dan high sugar
- Kurang minum
- Menahan buang air besar
- Kurang gerak/olah raga, banyak duduk
- Kelenjar gondok kurang berfungsi

Gejala:
- Sakit perut, melilit, mules, kembung
- Nafsu makan menurun
- Rewel
- Tinja keras, ada bercak darah
- Sering buang air kecil

Tatalaksana:
- Minum banyak dr biasa
- Pola makan yang kaya serat
- Melatih anak akan kebersihan

Hubungi dokter jika:
- Tidak BAB > 20 hari
- Sering mengalami konstipasi sejak lahir
- Aktivitas sehari-hari menurun
- Terdapat anak tears
- Sulit mengejan saat BAB
- Tinja berdarah

8. TIFUS
---> Sebenarnya tifus tidak tergolong kondisi yang sering terjadi pada anak. Namun, kondisi ini sering sekali didiagnosis sebagai "gejala tifus". Padahal seharusnya untuk mendiagnosa suatu penyakit harus jelas dan tegas: TIFUS atau BUKAN

yang perlu diperhatikan:
- Curigai bila anak demam > 7 hari. Mengapa anak, bukan bayi?? Karena tifus ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar. Sementara bayi masih mengkonsumsi ASI, susu formula dan makanan rumah.
- Diagnosis: Pemeriksaan laboratorium biakan empedu (GAL CULTURE) bukan pemeriksaan widal. Di negara tropis seperti indonesia, pemeriksaan widal hampir pasti akan positif tetapi tidak otomatis menyatakan yang bersangkutan menderita infeksi tifus
- Be Critical!!