Info Ayah Bunda

Sunday, August 3, 2008

STIMULASI BICARA YANG TEPAT

Bu Mayke, kami memiliki anak laki-laki berusia 1 tahun 9 bulan. Kami berdua bekerja dari pagi hingga malam, sedangkan anak dititipkan pada pengasuh di rumah. Di usia tersebut, kemampuan bahasa anak masih terbatas. Padahal hampir setiap hari kami mengajaknya mengobrol. Dia hanya mampu mengatakan kosakata tertentu saja seperti papay (kapal), mbem (mobil), bibi (pengasuh), bapak, ibu, Mama, mamam, dan lain-lain dan belum bisa merangkai kalimat. Dia sebenarnya cukup cerewet kalau diajak ngobrol mau menjawab dengan "kalimat" panjang, bahkan dengan teman-temannya juga sering berkomunikasi. Cuma ya itu Bu, bahasanya masih enggak jelas, kayak bahasa planet. Cukup sulit kami memahaminya jika tidak melihat ekspresi tubuhnya, seperti memperlihatkan kaki karena sehabis terjatuh, atau dia menarik-narik tangan kami untuk menunjukkan ada seekor kucing yang hendak mencuri ikan goreng di dapur. Pertanyaannya, bagaimana menstimulasi bahasa anak? Perlukah dia dibawa ke psikolog? Sampai usia berapa keterlambatan berbicara anak bisa ditolerir?

Susi ­- Bali

Kesadaran dan perhatian sebagian orangtua masa kini akan perkembangan putra-putrinya sudah meningkat, antara lain seperti yang Anda perlihatkan. Biasanya anak mulai belajar merangkai kalimat setelah usia dua tahun. Di usia dua tahun, anak mulai merangkai dua atau tiga kata menjadi kalimat. Ia belum mampu merangkai beberapa kalimat, kecuali bagi sejumlah kecil anak yang perkembangan bahasa/bicaranya sangat pesat. Jadi tidak heran apabila ia masih berbicara dalam bahasa "planet" saat berkomunikasi dengan temannya, asalkan dia sudah dapat menyebutkan beberapa kata tunggal (tahap satu kata).

Orangtua perlu waspada akan keterlambatan perkembangan bahasa/ bicara apabila sampai usia dua tahun belum ada satu kata pun yang bisa diucapkan oleh anak, apalagi bila anak tidak mengerti perintah-perintah sederhana (misalnya, "tunjuk mana hidungmu", "ambilkan sepatu mama", dan seterusnya).

Pada usia dua tahunan, kalimat ujaran merupakan gabungan dua kata dan belum terlalu lancar diucapkan. Ketika menyebutkan kalimat, ada jeda antara kata pertama dan kata kedua. Tidak heran bila kemampuan berbicara anak di tahap ini seperti bahasa "telegram" (disebut telegraphic speech), singkat-singkat tetapi mengandung berbagai makna. Misalnya, dari ungkapan, "Ayo mbang." bisa berarti anak minta digendong kemudian tubuhnya digerak-gerakkan seperti pesawat terbang.

Bagaimana menstimulasi bahasa/bicara anak? Dengan sering kali mengajaknya berkomunikasi dan memperkenalkan nama-nama benda, kata kerja (misalnya, makan, tidur, berlari), nama tempat (di dalam, di atas), dan tempo bicara Anda sebaiknya diperlambat agar anak dapat menyimak pembicaraan orang dewasa dan pelan-pelan memahami serta menirunya. Cara lain adalah sambil beraktivitas, misalnya pada waktu main "perosotan" ucapkan kata-kata yang mewakili apa yang sedang dilakukan oleh anak. Sambil menaiki tangga perosotan, katakan "naik tangga"; "naik ke atas"; "duduk"; "merosot"; "bum sampe di bawah"; "horeee.. Ayo, naik lagi", dan seterusnya. Pada prinsipnya, anak akan belajar bahasa dari apa yang sering mereka lihat, dengar, dan lakukan. Sesekali tanyakan pada anak, "Baju Adek disimpan di mana?", atau "Ambil sepatu hitam yang ada di bawah tempat tidur". Dari komunikasi yang berlangsung, maka kosakata anak meningkat dan dia pun mengenal aturan main pada waktu berbicara. Ada giliran antara si pembicara dan pendengar. Komunikasi yang berlangsung antara orangtua dengan anak usia di bawah tiga tahun disebut parenthese, ditandai oleh nada bicara yang bervariasi, nada bicara meninggi, merendah, datar. Dengan demikian anak lebih mudah menangkap, mengingat, mengerti artinya.

Sekian dulu dan saya berharap Anda dapat memetik pengetahuan dari ulasan ini. Terima kasih atas pertanyaan yang diajukan

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home