Info Ayah Bunda

Friday, July 4, 2008

Jangan Biarkan Si Kecil Selesma

Balita sering jadi sasaran selesma. Jangan abaikan penyakit ini karena bisa “mengundang” penyakit lain.

Anggapan bahwa demam dan pilek adalah penyakit tersendiri memang benar-benar keliru. Sebab, keduanya jadi bagian dari gejala selesma ( common cold/coryza ). Yang pasti, balita sering jadi sasaran empuk penyakit ini. Maklumlah, daya tahan tubuhnya terhitung rentan, sehingga ia gampang tertular penderita selesma di sekitarnya. Bahkan, dalam setahun ia bisa kena selesma sampai 6-9 kali!

Virus, si biang keladi

Biang keladi dari selesma adalah berbagai virus. Salah satu di antaranya, virus influensa.

Walau sering dianggap ringan, WHO atau Badan Kesehatan Dunia melaporkan, penyakit ini sudah beberapa kali menimbulkan epidemi. Misalnya, flu Hongkong, flu Spanish, dan yang paling terakhir adalah flu burung. Bukan apa-apa. Beberapa penderita dari epidemi flu ini bisa berujung dengan kematian.

Ini dia gejalanya

Sebenarnya, selesma ditandai dengan berbagai gejala, yakni:

- Pilek.
- Batuk.
- Demam.
- Letih-lesu.

Kenapa sih , si kecil bisa sampai pilek? Saat virus masuk ke dalam tubuhnya, timbul respons dari sistem kekebalan tubuh berupa pembengkakan dan peradangan pada membran hidung. Nah, virus tersebut akan merusak sel-sel lendir dan fungsi normal dari hidung. Produksi lendir pun meningkat. Tak heran kalau si kecil jadi pilek dan bersin-bersin.

Sementara itu, batuk terjadi akibat virus yang menyerang tenggorokan menyebabkan sel-sel lendir memperbanyak diri dan dindingnya menebal. Tenggorokan pun gatal, dan merangsang batuk. Jika si kecil bersin atau batuk, virus ini akan “meloncat” keluar dan menulari orang di dekatnya.

Bagaimana dengan demam? Demam itu sendiri adalah reaksi tubuh si kecil saat melawan infeksi. Sementara itu, letih-lesu terjadi karena anak yang sedang sakit merasa badannya tidak enak.

Perlu Anda tahu, masa inkubasi selesma, yakni mulai dari masuknya virus sampai timbulnya gejala penyakit, rata-rata 2 hari dengan rentang jarak waktu antara 1-4 hari. Setelah itu, barulah timbul berbagai gejala selesma, yang akan bertahan selama 3-7 hari.

Jangan pernah sepelekan!

Meski dianggap sebagai penyakit ringan, jangan sekali-kali sepelekan selesma. Apalagi, Anda sampai membiarkan si kecil terus menerus didera berbagai gejala selesma. Bukan apa-apa. Virus yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan infeksi sekunder. Ini memang perkembangan dari selesma itu sendiri.

Selain itu, virus dapat merembet ke organ lain, seperti paru-paru. Akibatnya, si kecil terkena radang paru ( pneumonia ). Gejalanya, demam tinggi (± 38°C) dan sukar bernapas (terdengar bunyi seperti mengorok). Asal tahu saja, data Dinas Kesehatan RI menyebutkan, tiap tahunnya, dari 1000 balita yang lahir hidup, terdapat 5 kematian akibat radang paru-paru.

Penting diingat, bila menyerang otak, virus dapat menyebabkan radang selaput otak alias meningitis. Gejala-gejalanya adalah demam, muntah-muntah, lelah, dan kaku pada anggota gerak (kaki dan tangan). Bahayanya, radang selaput otak berisiko pada kematian si kecil.

“Istirahat , ya nak!”

Umumnya, penyakit yang disebabkan oleh virus akan sembuh dengan sendirinya. Meski begitu, Anda tetap tidak boleh menganggap remeh selesma yang diderita balita. Nah, agar virus enyah dari tubuh si kecil, lakukan cara di bawah ini.

- Biarkan si kecil banyak beristirahat dan benar-benar mengurangi aktivitasnya.

- Beri banyak cairan, seperti jus buah dan air hangat. Minum air hangat akan membuat lendir mudah dikeluarkan.

- Terus memberinya makanan bergizi. Dengan begitu, tubuh si kecil membentuk antibodi sendiri.

Obat mengurangi gejala

Selesma memang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan apapun yang beredar di pasaran. Meski begitu, mengurangi gejalanya bisa saja dilakukan asal Anda memberinya obat yang tepat. Tentu saja, pemberian aneka obat-obatan ini tidak bisa sembarang dan harus sesuai petunjuk dokter.

- Kalau masih bayi, si kecil cukup diberi parasetamol saja. Dengan begitu, panasnya bisa turun.

- Jika anak sudah agak besar, Anda bisa berikan parasetamol untuk menurunkan panas dan efedrin, misalnya, untuk mengurangi pilek. Bagaimana dengan batuknya? Bisa dikurangi dengan obat batuk.

Laila Andaryani Hadis

Konsultasi ilmiah: dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), MPaed. Trop., IDAI Jaya, Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home