Info Ayah Bunda

Friday, July 4, 2008

Hernia Bisa Berbahaya

Gangguan kesehatan ini seringkali timbul tanpa keluhan. Padahal, komplikasinya bisa berakibat fatal. Di sinilah pentingnya deteksi dini.

Hernia terjadi karena melemahnya otot dinding perut. Akibatnya, timbul benjolan atau sebagian isi dari perut keluar. Gangguan ini dapat terjadi pada semua umur. Tapi, faktor penyebabnya berbeda-beda.

Seringkali terabaikan

Pada bayi dan anak, hernia dapat terjadi pada beberapa bagian tubuhnya. Meski begitu, yang umum dikeluhkan oleh para orang tua adalah:

* Hernia pada pusar (umbilikus)

Ketika si kecil berada dalam kandungan, ada bagian dinding perut yang terbuka di bawah pusarnya. Seharusnya, lubang tersebut tertutup setelah lahir. Namun, pada beberapa bayi, proses penutupan tidak berlangsung sempurna. Bila terjadi peningkatan tekanan dalam rongga perut, misalnya karena menangis, daerah sekitar pusar tampak membesar atau menonjol.

Catatan: Hernia ini terjadi pada sekitar 20% bayi baru lahir.

* Hernia pada lipatan paha

Hernia jenis ini lebih sering dialami oleh bayi/anak laki-laki. Ini antara lain karena saluran tempat turunnya buah pelir dari rongga perut ke kantung buah pelir pada sekitar 4% bayi laki-laki (dan lebih dari 30% bayi prematur) tetap terbuka saat lahir. Ukuran lubang cukup besar, sehingga sebagian usus bayi bisa turun ‘mengikuti’ buah pelir membentuk benjolan (kurang-lebih sebesar ibu jari orang dewasa).

Catatan: Hernia lipatan paha sering dikira sebagai hidrokel (cairan di kantung buah pelir). Padahal, itu adalah dua hal yang berbeda. Hanya dokter yang bisa membedakan kedua hal ini.

* Hernia diafragmatik

Pada hernia yang terjadi di sekat rongga dada dan perut ini, sebagian usus (dan dapat disertai isi rongga perut lain) masuk ke dalam rongga dada. Akibatnya, bayi baru lahir sering langsung sesak dan biru. Bila ini yang terjadi, ia perlu penanganan segera oleh dokter.

Adanya benjolan di tempat-tempat tersebut seringkali terabaikan oleh para orang tua. Apalagi, bila si kecil tidak mengeluh atau merasa sakit. Kurangnya perhatian orang tua ini mungkin saja terjadi karena benjolan adakalanya hilang (misalnya ketika berbaring) dan timbul kembali (misalnya jika berdiri atau menangis).

Hati-hati, bisa terjadi komplikasi

Secara garis besar, hernia terdiri dari cincin, kantung dan isi hernia (misalnya usus atau jaringan penyangga usus)

Biasanya, bayi/anak yang mengalami hernia baru merasa sakit atau nyeri bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Bila tidak segera ditangani, jiwa si kecil mungkin saja terancam (lihat boks “Bisa Berbahaya lho...”).

Khusus hernia lipatan paha yang dapat keluar masuk sendiri (hilang-timbul), risiko untuk usus terjepit cincin hernia jadi lebih kecil ketimbang bila usus tersebut keluar saat si kecil batuk atau mengejan. Hernia bisa hilang timbul bila cincin hernianya relatif lebih longgar.

Cuma, bila usus yang terjepit, gejala yang timbul menyerupai gejala usus yang mengalami sumbatan. Misalnya, muntah, perut kembung, serta gangguan buang air besar. Jika tidak segera ditangani, jepitan cincin hernia bisa mengganggu aliran darah ke usus. Akibatnya, bisa terjadi kerusakan jaringan usus.

Makanya, begitu teraba atau terlihat ada benjolan di pusar atau lipatan paha si kecil, sebaiknya segera bawa ia ke dokter. Apalagi, bila benjolan tersebut tiba-tiba membesar, mengeras atau warnanya jadi gelap. Tindakan Anda ini bisa mencegah terjadinya komplikasi.

Benarkah harus operasi?

Saat pemeriksaan, dokter akan meraba isi hernia dengan ujung jarinya. Dengan begitu, ia bisa tahu apakah isi hernia masih bisa dimasukkan kembali ke tempatnya semula tanpa operasi atau tidak.

Pada bayi/anak, proses masuknya kembali isi hernia bisa terjadi secara spontan. Ini karena cincin hernia pada anak masih elastis, terutama bila lubang hernia pusarnya lebih kecil dari 1 cm. Umumnya, cincin hernia pada pusar yang tanpa komplikasi ini akan tertutup sendiri ketika ia berusia 12-18 bulan.

Jadi, si kecil tidak perlu dioperasi. Tutup saja lubang hernia dengan kain kasa yang diberi uang logam di dalamnya, lalu tempelkan di atas pusar. Operasi baru dilakukan bila ukuran lubang hernia si kecil sekitar 1,5 cm atau lebih. Pada kondisi seperti ini, lubang tidak mungkin menutup sendiri. Meski begitu, operasi bisa saja dilakukan secara terencana bila hernia tetap ada sampai anak memasuki usia sekolah.

Untuk hernia pada lipatan paha, operasi adalah terapi terbaik. Karena, pada hernia jenis ini risiko untuk terjadi jepitan jauh lebih besar. Operasi harus segera dilakukan untuk menyelamatkan organ yang terjepit dalam kantung hernia. Biasanya, operasi dilakukan bila hernia menetap sampai si kecil berusia 3 bulan.

Usai operasi, orang tua sebaiknya tetap memantau kondisi si kecil. Sebab, hernia dapat kambuh lagi bila terjadi peningkatan tekanan di dalam perut. Misalnya, ia batuk hebat atau sembelit.

Dewi Handajani

Konsultasi ilmiah: dr. Setyadewi Lusyati, Sp.A, KK Perinatologi, RSAB Harapan Kita, Jakarta.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home