Info Ayah Bunda

Friday, July 4, 2008

Sunat, Perlu atau Tidak sih?

Umumnya, sunat hanya dikenal di kalangan umat beragama Islam dan Yahudi. Adakah manfaat lain, disamping sekadar sebagai ritual agama?

Dalam agama Islam, sunat (disebut juga khitan atau sirkumsisi) merupakan kebiasaan yang merupakan kelanjutan dari millah atau ajaran Nabi Ibrahim a.s. Kala itu, Nabi Ibrahim a.s. (80 tahun) disunat dengan alat yang disebut qadum . Sebenarnya, kapan usia yang tepat untuk disunat?

Tak dibatasi usia

Sesungguhnya, tujuan utama dari bersunat adalah membersihkan diri dari berbagai kotoran serta penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis atau zakar yang masih ada kulupnya. Ketika bersunat, kulup yang menutupi jalan ke luar urin dibuang, sehingga kemungkinan kotoran untuk menempel atau berkumpul di ujung penis jadi lebih kecil. Ini karena penis lebih mudah dibersihkan.

Memang, sunat dapat menghindari timbulnya berbagai penyakit. Misalnya, fimosis, parafimosis, kandidiasis, serta tumor ganas dan pra ganas pada daerah alat kelamin laki-laki. Dan, terbukti pula, penis laki-laki yang disunat lebih higienis. Jadi, di masa tuanya kelak, ia jadi lebih mudah merawatnya. Dan, yang paling menarik, selain jadi lebih sensitif, tidak mudah lecet dan terkena iritasi, bersunat juga punya pengaruh terhadap kehidupan seksual laki-laki. Ia akan terhindar dari ejakulasi dini!

Meski ada seabrek manfaat sunat bagi kesehatan, para ahli di American Academy of Pediatric sejak tahun 1975 menyatakan, secara medis, tidak ada keharusan bagi bayi laki-laki yang baru lahir untuk bersunat, kecuali bila ada indikasi khusus. Misalnya, ia menderita fimosis . Begitu juga, jika bayi atau si kecil yang berusia di bawah lima tahun menderita infeksi saluran kemih.

Sebagai catatan, kelainan pada kulup penis, khususnya fimosis, biasanya dialami oleh satu dari 20 bayi laki-laki. Makanya, ia sudah bisa disunat sebelum usia dua bulan. Namun, dalam tradisi agama Islam disebutkan, anak laki-laki yang sehat harus disunat begitu menginjak usia akil balik, yakni setelah mimpi basah. Umumnya, ini terjadi ketika ia berusia lebih dari 10 tahun.

Mau cara apa?

Di dalam dunia kedokteran, inilah langkah yang dilakukan ketika menyunat si kecil, yakni:

* Mengiris kulit di bagian punggung penis (dorsumsisi). Ini dilakukan untuk mengeluarkan ujung bagian dalam penis.

* Mengiris kulit kulup yang mengelilingi penis (sirkumsisi). Dengan begitu, penis jadi terbuka.

* Dokter akan menjahit luka irisan tersebut agar penyembuhannya berlangsung cepat dan tidak timbul komplikasi.

Selain cara klasik di atas, masih ada banyak cara untuk menyunat si kecil. Di antaranya adalah:

* Cara kuno

Cara bersunat tradisional dengan menggunakan sebilah bambu tajam. Para bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut.

Catatan: Cara ini mengandung risiko berupa terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril.

* Metode cincin

Dicetuskan oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta , dan sudah dipatenkan sejak tahun 2001. Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas dengan sendirinya.

Catatan: Proses sunat itu sendiri cukup singkat, sekitar 3-5 menit.

* Metode mangkuk

Lebih cocok dilakukan untuk balita atau anak yang memiliki pembuluh darah pada kulup lebih kecil dari ukuran normal.

Catatan: Bila terjadi perdarahan, luka bekas kulup yang dipotong akan dijahit.

* Metode lonceng

Di sini, tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan mati dan terlepas dengan sendirinya dari jaringan sehat.

Catatan: Metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.

* Dengan laser CO2

Ini merupakan metode sunat paling canggih yang berhasil dikembangkan hingga saat ini. (Untuk jelasnya, lihat boks “Laser CO2, Teknologi Tercanggih Sunat”).

Apapun cara yang Anda pilih, baik atau buruknya hasil ditentukan oleh kemahiran si pelaku dalam menggunakan alat atau metode tersebut. Jadi, banyak-banyaklah mencari info seputar hal ini.

Sri Lestariningsih

Konsultasi ilmiah: dr. Partini P. Trihono, Sp.AK, Divisi Nefrologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home