Info Ayah Bunda

Sunday, August 3, 2008

Awas Kuman Datang!!!

Penyakit bisa datang pada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, termasuk sekolah si kecil! Memang, interaksi antar anak jadi sasaran ‘empuk’ penularan aneka kuman penyakit infeksi.

Sebenarnya, hidup kita memang tidak pernah ‘jauh-jauh’ dari penyakit infeksi. Benar begitu? Bahkan, penyakit demam berdarah yang masih mewabah sampai saat ini, misalnya, adalah satu dari sekian banyak penyakit infeksi. Apa, sih, penyakit infeksi itu?

Menurut dr. Sri Kusumo Amdani, Sp.A dari Kelompok Kerja Infeksi dan Penyakit Tropis RSAB Harapan Kita, Jakarta, “Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Jenis kuman penyakitnya bisa berupa virus, bakteri, jamur, parasit, ataupun Spirochaeta .”

Masalahnya, sekolah, baik prasekolah, taman kanak-kanak, atau tempat penitipan anak merupakan tempat terjadinya penularan atau penyebaran berbagai jenis penyakit infeksi! Padahal, daya tahan tubuh si kecil dalam menangkal ‘serbuan’ kuman penyakit lebih rendah dari orang dewasa.

6‘peringkat’ utama penyakit infeksi

Data di Amerika Serikat (tahun 2003) yang dikemukakan oleh Tim Peters, M.D., dokter spesialis anak dari Vanderbilt University Medical School, Nashville, Amerika Serikat, menunjukkan, setiap tahunnya, anak prasekolah dan TK yang terinfeksi penyakit influenza rata-rata sebanyak 6-10 kali, serta penyakit infeksi perut (gastroenteritis) minimal 1-4 kali. Bagaimana di Indonesia?

Selama musim penghujan ini, menurut dr. Dani, panggilan akrab dr. Sri Kusumo Amdani, yang pernah mengambil pendidikan Medical Epidemiology di Mahidol University, Bangkok, Thailand, tahun 1992, ada 6 penyakit infeksi yang paling banyak diderita oleh anak-anak prasekolah maupun TK, yakni: demam berdarah, influenza, ISPA, infeksi telinga, gastroenteritis , serta mata merah (untuk jelasnya, silakan lihat boks ‘Inilah 6 Penyakit Infeksi yang Lagi Ngetren!’).

Kalau sudah begini, perlukah Anda langsung panik? Janganlah. Selama sekolah memiliki kebijakan untuk mengantisipasi berkembangnya suatu wabah penyakit infeksi, misalnya dengan program imunisasi massal, sebenarnya sekolah tetap menjadi tempat yang cukup “aman” bagi si kecil untuk bereksplorasi dan mengenal “dunia kecilnya.”

Daya tahan tubuh, kuncinya

Pada kenyataannya, sih, penularan penyakit infeksi memang bisa saja terjadi di sekolah si kecil. Makanya, dr. Dani, yang mengambil spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1988, menyarankan, “Orang tua perlu tahu juga berbagai cara penularan penyakit. Ada yang lewat udara, air, makanan, serta gigitan binatang. Misalnya, nyamuk. Dengan begitu, mudah bagi Anda untuk ‘memutus rantai’ penularan infeksi si kecil.”

Tapi, ia menegaskan lagi, “Tentu saja, tidak semua anak yang terkena infeksi atau sudah kemasukan kuman penyakit pasti jatuh sakit atau menunjukkan gejala penyakit! Karena, hal itu sangat tergantung pada tingkat daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh anak!”

Kalau sudah begini, apa yang dapat Anda lakukan? Untuk memperkecil kemungkinan sakit, ‘ajak’ si kecil berpola hidup sehat. Caranya, mengonsumsi makanan bergizi tinggi, banyak minum, serta cukup istirahat. Boleh juga, sih, Anda berikan vitamin dan suplemen tambahan untuk memperbaiki atau meningkatkan daya tahan tubuh anak. Tapi, sebelumnya berkonsultasilah dulu dengan dokter anak Anda. Kenapa, sih? “Ada juga anak yang secara genetik memiliki daya tahan tubuh yang relatif rendah dibanding anak lain. Dan, ini bisa dilihat dari riwayat kesehatan keluarga. Makanya, saran dari dokter sangat diperlukan,” kata dr. Dani.

Benarkah vaksinasi jadi penangkal yang jitu? Program vaksinasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah memang seharusnya ditepati pemberiannya, sesuai jadwal. Sebab, ini benar-benar dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak. “Hanya saja, saya sendiri tidak menganjurkan vaksinasi flu, karena jenis virus flu di Indonesia berbeda dengan Amerika. Jadi, kalaupun pihak Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganjurkan pemberian vaksinasi flu bagi bayi dan balita di Amerika, tidak akan terlalu efektif hasilnya di Indonesia,” katanya lagi.

Sri Lestariningsih
Pengarah gaya: Natalia Kartika
Foto: Dhany Indrianto

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home